Industri perhotelan di Jakarta tengah menghadapi tekanan berat. Sejak awal tahun, tingkat okupansi hotel terus menurun, bahkan sebagian besar pengelola hotel melaporkan penurunan pendapatan hingga 40 persen. Kondisi ini memaksa banyak hotel mengurangi biaya operasional, termasuk memangkas jumlah karyawan.
Para pelaku industri mengaku telah memangkas berbagai pos pengeluaran, namun tekanan keuangan tetap tinggi. Beberapa hotel terpaksa merumahkan pegawai sementara, dan sebagian lainnya bersiap melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) dalam waktu dekat jika kondisi tak membaik.
Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) DKI Jakarta, Sutrisno Iwantono, menyatakan bahwa para pengusaha hotel kini berada di ambang krisis. “Jika tingkat hunian tidak segera naik, gelombang PHK akan sulit dihindari,” ujarnya.
Ia juga menyoroti minimnya dukungan dari pemerintah daerah dalam menghidupkan kembali sektor pariwisata dan MICE (meeting, incentive, convention, exhibition) yang menjadi andalan hotel-hotel di Jakarta. “Kami butuh insentif dan stimulus nyata, bukan sekadar wacana,” tambahnya.
Beberapa hotel berbintang pun mulai menutup sebagian layanan dan fasilitas, seperti restoran, ballroom, hingga medusa88 kolam renang, demi menghemat biaya. Langkah ini berdampak langsung pada tenaga kerja yang selama ini menggantungkan hidup pada sektor perhotelan.
Jika tidak ada intervensi cepat, para pelaku industri memprediksi gelombang PHK akan terus meluas dalam tiga bulan ke depan. Kondisi ini tak hanya mengancam pekerja, tetapi juga bisa melemahkan sektor pariwisata dan ekonomi Jakarta secara keseluruhan.
Pemerintah perlu bertindak cepat untuk mencegah krisis berkepanjangan yang menghantam sektor ini.